A.
Pengertian
Membaca
Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang
menuntut agar kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas, agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak
akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan
baik (Hodgson 1960 : 43-44).
Dari segi linguistic, membaca adalah
suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan
menulis yang justru melibatkan penyandian (econding).
Sebuah aspek pembacaan sandi (deconding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral
language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi
yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-210).
Istilah-istilah linguistic decoding dan encoding tersebut akan
lebih mudah dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa (language) adalah sandi (code)
yang direncanakan untuk membawa/mengandung makna (meaning). Kalau kita menyimak ujaran pembicara maka pada dasarnya
kita men-decode (membaca sandi) makna ujaran tersebut. Apabila kita berbicara,
maka pada dasarnya kita meng-ecode (menyandikan)
bunyi-bunyi bahasa untuk membuat/mengutarakan makna (meaning). Seperti juga halnya berbicara dalam bentuk grafik, maka
menulis pun merupakan suatu proses penyandian (econding process), dan membaca sebagai suatu penafsiran atau
interprestasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu
proses pembaca sandi (decoding process).
Beberapa ahli lebih cenderung memakai istilah recording (penyandian kembali)
untuk menggantikan istilah reading (membaca) sebab pertama sekali
lambing-lambang tertulis (written symbols)
diubah menjadi bunyi, dan kemudian barulah sandi itu dibaca (are decoded). Menyimak dan membaca
berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi :
berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk
mengutarakan makna, mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan. (Anderson
1972 : 3).
Disamping pengertian atau batasan
yang telah diutarakan diatas maka membaca pun dapat pula diartikan sebagai
suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri
dan dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan
makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Bahkan ada
pula beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu
kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang
tertulis tersebut melalui fonik (phonics=
suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan, berdasarkan inter-pretasi
fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses
untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran, yang
terkandung didalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna
yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca
turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman
tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah
karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan
sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. (Anderson 1972 :
211).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
membaca adalah “bringing meaning to and
getting meaning from printed or written material” berarti memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro
and Bonomo 1973 : 119). Demikianlah jelas bagi kita bahwa membaca adalah suatu
proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar
haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang
visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori yang sama yang telah mereka
tanggapi sebelum itu. Menyimak dan berbicara haruslah selalu mendahului
kegiatan membaca. Kegiatan membaca kita membuat bunyi dalam kerongkongan kita.
Kita membaca lebih cepat kalau kita tahu bagaimana cara mengatakan serta
mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau kita tidak tertegun-tegun melakukannya.
Oleh karena itu maka sangat penting diingat agar setiap kesulitan yang
berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi atau jeda haruslah dijelaskan
sebelum para pelajar disuruh membaca dalam hati ataupun membaca lisan.
(Finocchiaro and Bonomo 1973 : 120).
B.
Tujuan
Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah
untuk mencari serta memperoleh informasi mencakup isi, memahami makna bacaan.
Makna atau arti erat kaitannya dengan maksud, tujuan, atau itensif kita dalam
membaca. Berikut ini tujuan dalam membaca, yaitu :
a. Membaca
untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh
sang tokoh; tentang apa yang telah dilakukakn oleh sang tokoh; apa yang terjadi
pada tokoh khusus, atau untuk memcahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh.
Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau
fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Membaca
untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang baik dan menarik, masalah
yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang
tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai
tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk ide-ide utama (reading main for ideas).
c. Membaca
untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa
yang terjadi mula-mula, pertama, kedua dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap
dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian
dibuat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,
organisasi cerita (reading for sequence
or organization).
d. Membaca
untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara
mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada pembaca,
mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang
membuat mereka berhasil atau gagal, ini disebut membaca untuk menyimpulkan,
membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca
untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai
seseorang tokoh, apa yang benar. Ini disebut membaca untuk mengkelompokan,
membaca untuk mengklasifikasikan (reading
for classify).
f. Membaca
untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup deengan ukuran-ukuran
tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh,
atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut
membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading
to evaluate).
g. Membaca
untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya
berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai
persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan (reading
to compare or contract). (Anderson, 1972:214).
C.
Manfaat
Membaca
Manfaat membaca diantaranya sebagai berikut:
- Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan
- Ketika seseorang membaca, seseorang terhalang
masuk kedalam kebodohan
- Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan
keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata
- Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan
menjernihkan cara berfikir
- Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan
meningkatkan memori dan pemahaman
- Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari
pengalamanorang lain, dengan contoh kearifan orang bijaksana dan pemahaman yang
bijaksana pula.
- Dengan sering membaca, orang mengembangkan
kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk
mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup
- Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan
pemikirannya dari kesulitan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia
- Dengan sering membaca, orang bisa menguasai
banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat
- Dapat meningkatkan
kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis
diantara baris demi baris atau memahami apa yang tersirat
D.
Metode
Pengajaran Membaca
Pengajaran membaca dibedakan menjadi
dua yaitu: membaca tanpa buku dan membaca dengan buku.
Pengajaran membaca yang paling baik
adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan
mempertimbangkan apa yang harus dikuasai siswa. Rubin (1993) mengemukakan
beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yaitu:
- Peningkatan
ucapan: kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan murid mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa.
- Kesadaran
fonemik bunyi: difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem
atau bunyi yang membedakan makna.
- Hubungan
anatara bunyi huruf: pengetahuan tentang hubungan bunyi huruf merupakan
prasyarat bahasa.
- Membedakan
bunyi-bunyi: yang merupakan hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya
bahasa.
- Kemampuan
mengenal huruf.
- Orientasi
membaca dari kiri kekanan.
- Keterampilan
pemahaman.
- Penguasaan
kosakata.
E.
Mengembangkan Keterampilan Membaca
Pembalajaran membaca memang
benar-benar mempunyai peran penting, sebab selain manfaat seperti yang telah
dikemukakan diatas, melalui pembelajaran membaca guru dapat berbuat banyak
dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia. Dalam pembelajaran membaca
guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman nilai-nilai
keindonesiaan pada anak didik. Misalnya wacana yang berkaitan dengan tokoh
nasional, kepahlawanan, kenusantaraan, dan kepariwisataan. Selain itu, melalui
pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan
bernalar dan kreativitas anak didik.
F.
Perkembangan Membaca
Kemampuan awal membaca mungkin doperoleh melalui
interaksi sosial
bukan melalui pembelajaran formal. Dalam kegiatan membaca cerita yang dilakukan
oleh orang tua,tampak baik orang tua maupun anak berpartisipasi dalam kegiatan
sosial. Orang tua menggunakan berbagai teknik agar anak memusatkan perhatian,
mengajukan pertanyaan, dan mendorong agar anak mencoba membaca.
Orang tua yang juga berperan sebagai guru sebaiknya
memperkenalkan buku-buku cerita kepada anak sendiri mungkin. Tentu saja buku
yang digunakan adalah yang banyak gambarnya dan berwarna-warni sehingga menarik
perhatian anak. Pada awalnya memang anak hanya memperhatikan gambar-gambar yang
ada pada buku tersebut. Namun, apabila orang tua kadang-kadang membacakan
cerita yang ada disamping gambar-gambar tersebut, hal itu secara tidak langsung
mengajarkan kepada anak tentang susunan ceritanya.
Disamping kegiatan membaca yang dilakukan orang tua,
acara-acara televisi ada yang bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan membaca.
Sebagai contoh Dora atau The Same
Street dan A Ba Ta Tsa (Neno Warisman). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut
anak-anak secara tidak langsung mempelajari tulisan-tulisan yang mengandung
informasi yang mereka peroleh.
Ada beberapa fase perkembangan membaca, yaitu:
- Fase
pramembaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari perbedaan huruf
dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis;
- Fase
ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan tentang
huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita;
- Fase
ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata yang
tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan;
- Fase
ke-3 dari kelas empat sampai dengan kelas dua SMP, anak dapat memahami bacaan;
- Fase
ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan mengenal maksud
penulis dalam bacaan;
- Fase
ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat
mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dan menanggapi materi bacaan secara
kritis.
H.
Masalah
Membaca
Secara
keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan bernalar, berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta
membina persatuan dan kesatuan bangsa.
Masalah
yang dihadapi anak dalam membaca:
- Kurang mengenali huruf;
- Membaca kata demi kata
yang seringkali disebabkan oleh gagal menguasai keterampilan pemecahan kode,
gagal memahami makna kata, kurang lancer membaca;
- Pemparafrasekan yang
salah;
- Miskin
pelafalan/penghilangan;
- Pengulangan;
- Pembalikan;
- Penyisipan;
- Penggantian;
- Menggunakan gerak bibir,
jari telunjuk dan menggerakan kepala;
- Kesulitan konsonan
kesulitan kluster, diftong dan digrapf;
- Kesulitan menganalisis
struktur kata; dan
- Tidak mengenali makna
kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.
I.
Strategi
Meningkatkan Kemampuan Membaca
1. Strategi
Bawah-Atas
Dalam
strategi bawah-atas pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran
kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Pembaca model ini mulai
dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ke
tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami isi teks. Strategi ini
pada umunya digunakan dalam pembelajaran membaca awal (kelas rendah).
2. Strategi
Atas-Bawah
Srategi
ini kebalikan dari bawah-atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses
pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini pembaca mulai
dengan prediksi, kemudian mencari input
untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks. Disini, peranan latar
belakang pengetahuan menajadi suatu variabel yang penting. Latar bekalang
pengetahuan berinteraksi dengan kemampuan konseptual dan strategi proses yang
mementukan berhasil atau tidaknya suatu pemaknaan.
3. Metode
Strategi Campuran
Guru
yang baik tidak perlu memakai satu teori saja. Guru dapat mengambil dan memilih
yang terbaik dari semua strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan
teoritis dan model pengajaran membaca. Begitu juga model atas-bawah dan
atas-bawah yang bisa digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan.
4. Model
Strategi Interaktif
Menurut
teori skema, suatu teks hanya menyediakan arahan bagi pembaca, dan pembaca
seharusnya menemukan dan membangun sendiri makna teks berdasarkan pengetahuan
awal mereka. Pengetahuan yang telah dimili sebelumnya latar belakang
pengetahuan pembaca, dan struktur pengetahuan awal disebut schemata.
Banyak
keuntungan yang didapat siswa apabila mampu memahami suatu teks bacaan tentang
mata pelajaran. Siswa bisa meningkatkan dan termotivasi membaca teks tersebut
dan mendorong siswa membaca bacaan tambahan. Melalui kegiatan tersebut akan
memperkuat keterampilan membaca, manulis, dan berfikir kritis siswa.
5. Strategi
KWL (Know-Want to know-Learned)
Startegi
KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif
siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Startegi ini juga bisa memperkuat
kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topic. Siswa juga
bisa menilai hasil belajar mereka sendiri. Berikut langkah-langkahnya :
-
(K) apa yang saya
ketahui?
Merupakan
kegiatan sumbang saran pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topic,
kemudian membangkitkan kategori informasi yang dialami pembaca dengan dimulai
oleh guru yang mengajukan pertanyaan seperti “apa yang kamu ketahui tentang….?”
-
(W) what I want to
learn?
-
(L) what I have
Learned?
Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan guru dalam
pembelajaran membaca yaitu:
- Pengembangan
aspek sosial anak, yakni: kemampuan bekerja sama, percaya diri, kestabilan emosi dan rasa tanggung jawab.
- Pengembangan
fisik, yaitu pengaturan gerak motorik.
- Perkembangan
kognitif, yakni membedakan bunyi, huruf, menghubungkan kata dan makna.
J.
Penerapan
Kemampuan Membaca
A. Membaca
dalam Hati
Membaca dalam hati yaitu kegiatan membaca yang hanya
mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi
bacaan, tanpa mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir.
Menurut Tarigan ( 1993:30-31) secara garis besar
kita dapat membedakan atas dua jenis kegiatan membaca, yaitu:
- Membaca
ektensif yaitu membaca (survey reading), membaca sekilas (skimming).
- Membaca
intensif yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.
- Membaca telaah isi
meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide.
- Membaca telaah bahasa
meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.
Jenis keterampilan membaca dalam hati yaitu:
1. Membaca
Wacana Informatif
Setiap hari, dilingkungan kita tersedia berlimpah
informasi yang tidak terbatas. Informasi tersebut dapat berwujud bahan bacaan
berupa Koran, majalah, jurnal, buku, surat elektronik (e-mail), artikel dan
berita/artikel yang disampaikan melalui internet.
Oleh karena itu, untuk menghadapi sumber informasi
yang begitu banyak maka kita dituntut memiliki kemampuan memilih bahan bacaan
dengan cepat serta berkemampuan membaca cepat pula. Adapun strategi membaca
yang efektif adalah:
a. Membaca
Memindai
Membaca memindai terbagi kedalam dua jenis
keterampilan, yaitu :
1. Scanning
Scanning adalah keterampilan
membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat cepat. Dengan
demikian, dalam kegiatan membaca jenis initidak perlu membaca kata demi kata
dan tidak perlu membaca secara teliti keseluruhan bahan bacaan yang kita hadapi
guna menemukan informasi khusus yang kita butuhkan. Yang diperlukan adalah mata
untuk menjangkau kelompok-kelompok kata sebanyak-banyaknya secara sekaligus dan
kemampuan berpindah dari satu jangkauan pandangan kejangkauan pandangan
berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus yang kita cari.
Keterampilan membaca scanning hanya
dapat diperoleh dengan melakuan latihan-latihan, misalnya dengan berlatih
menemukan suatu kata dalam kamus. Dalam melakukan scanning, hanya perlu
menangkap kata kunci yang menandai informasi yang kita cari. Bahkan dalam
mencari kata – kata dalam kamus atau ensiklopedia hanya perlu memindai huruf
pertama, huruf kedua, dan huruf berikutnya yang dicari.
2. Skimming
Menurut Fry dalam Mikulecky
(1990:138), skimming memiliki kesamaan dengan scanning, yaitu memerlukan
kecepatan membaca yang tinggi. Namun, skimming memiliki perbedaan dengan
scanning dalam hal berikut.
Skimming merupakan jenis membaca cepat dengan
tujuan untuk menemukan informasi khusus dalam suatu teks. Sedangkan skimming
merupakan kemampuan memproses teks dengan cepat guna memperoleh gambaran umum
mengenai bentuk dan isi teks, yaitu mengenai organisasi, gaya, dan focus
tulisan, gagasan-gagasan utama yang disampaikan dan sudut pandang penulis,
termasuk mengenai teks dengan kebutuhan dan minat pembaca.
Berdasarkan informasi yang
diperoleh melalui skimming, pembaca dapat mengambil keputusan apakah akan terus membaca bahan bacaan
tersebut secara keseluruhan atau cukup membaca bagian tertentu saja yang sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Selain itu, skimming juga bermanfaat untuk
mengulang kembali teks yang sudah dibaca sebelumnya. Dengan demikian, skimming menuntut
pembaca sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan mengenai organisasi teks,
pengetahuan leksikal, terutama kata-kata yang menyatakan suatu petunjuk
(lexical clues) dan kemampuan menemukan ide pokok dari suatu bacaan.
b. Membaca
Pemahaman
Istilah membaca pemahaman ini untuk
merujuk kepada jenis kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan untuk
memperoleh pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar sehingga
memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca. Tarigan (1993)
menyebut jenis kegiatan membaca ini dengan istilah membaca teliti. Namun, kita
tidak menggunakan istilah membaca teliti mengingat ada kesan bahwa membaca
teliti selalu digunakan dengan lambat. Padahal, dalam membaca pemahaman
kecepatan membaca yang kita gunakan mungkin bervariasi, tergntung pada bahan
bacaan yang kita baca. Bila bahan yang dibaca itu berisi penjelasan mengenai
ciri-ciri negara demokrasi, misalnya kita akan membaca bagian itu dengan
kecepata maksimal, sedangkan apabila bahan bacaan itu berisi detail dengan data
berupa angka-angka (misalnya) mungkin kecepatan kita dalam membaca agak
berkurang. Selain itu, cakupan konsep membaca pemahaman ini tidak sama persis
dengan cakupagn konsep membaca dalam hati yang dikemukakan oleh Tarigan (1993).
1) Prabaca
(Previewing)
Kegiatan prabaca akan memberikan
pemahaman awal kepada kita mengenai bahan bacaan yang dihadapi. Kegiatan
prabaca (previewing) yang perlu kita lakukan ketika akan membaca sebuah buku,
antara lain sebagai berikut :
a. Bacalah
halaman judul buku dan halaman copyright. Temukan nama pengarang buku dan tahun
terbitnya. Mengetahui tahun terbit buku sangat penting guna mengetahui seberapa
baru (how up to date) buku tersebut di antara buku-buku sejenis.
b. Bacalah
daftar isi. Amati organisasi buku meliputi bab dan subbabnya.
c. Lakukan
skimming terhadap bagian (bab) pendahuluannya. Kemudian, perhatikan
ilustrasi-ilustrasi, diagram-diagram, tabel-tabel. Bacalah judul-judul dan
amati apakah setiap akhir bab terdapat rangkuman atau pertanyaan-pertanyaan
untuk didiskusikan.
d. Perhatikan
halaman pertama pada setiap bab.
e. Lakukan
skimming pada bab terakhir karena biasanya pada bab terakhir merupakan
kesimpulan atau rangkuman dari isi buku. Perhatikan pula bagian akhir buku,
apakah terdapat indeks, glosarium, daftar pustaka, dan hal lain yang dapat
membantu memahami isi buku.
Selanjutnya, berikut ini adalah
petunjuk melakukan prabaca (previewing) terhadap sebuah bab dari suatu buku
atau sebuah artikel :
a. Bacalah
judul bab atau artikel
b. Perhatikan
seluruh ilustrasi yang ada.
c. Apabila
bab atau artikel tersebut terdiri atas sub-subbab atau sub-subtopik, lakukan
skimming terhadap judul sub-subbab atau sub-subtopik tersebut.
d. Lakukan
pula skimming terhadap paragraf awal dan akhir serta rangkuman bab atau artikel
tersebut. Apabila terdapat pertanyaan-pertanyaan pada akhir bab, lakukan pula
skimming terhadapnya.
Manfaat melakukan prabaca (previewing), antara lain
sebagai berikut :
-
Mengetahui jenis
(genre) bahan bacaan yang dihadapi, konteks pembahasan / penceritaan, topik /
tema bahan bacaan, tingkat kesulitan dan organisasi bahan bacaan.
-
Mengaktifkan latar
belakang pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga memungkinkan pembaca lebih
mudah menangkap makna dari teks yang dibaca meskipun banyak kata yang digunakan
dalam bacaan itu masih asing baginya.
-
Menumbuhkan kesadaran
bagi pembaca bahwa guna menangkap mekna dari suatu bacaan pembaca tidak harus
membaca kata demi kata dari bahan bacaan itu, melainkan berupaya menangkap
makna dari keseluruhan kalimat, paragraf, dan wacana (Mikulecky, 1990:35-38).
2) Pendugaan
(Predicting)
Setelah selesai atau selama
melakukan prabaca, sebaiknya kita menduga-duga isi bacaan yang akan kita baca.
Misalnya, ketika membaca judul buku Sejarah Sastra Indonesia, karya Ajip
Rosidi, kita menduga-duga bahwa buku tersebut memuat informasi mengenai
perkambangan sastra di Indonesia sejak zaman Balai Pustaka, Pujangga Baru,
Angkatan Jepang, Angkatan 45, Angkatan 60, Angkatan 70, Angkatan Kontemporer,
bahkan mungkin juga sampai tahun masa kini. Dugaan-dugaan mengenai isi bacaan
terus kita lakukan ketika atau setelah kita mengamati ilustrasi berupa gambar,
diagram, dan informasi lain yang diperoleh ketika melakukan prabaca. Ketika
melakukan dugaan, kita berupaya mendapatkan informasi :
a. Jenis
bacaan yang akan kita baca, apakah berupa laporan penelitian buku pelajaran,
artikel, cerita, atau lainnya.
b. Apa
yang sudah kita ketahui dan apa yang belum mengenai isi bacaan.
c. Seberapa
teliti kita harus membaca suatu bahan bacaan.
2. Membaca
dengan Kecepatan Bervariasi dan Menandai Bahan Bacaan
Setelah
kita melakukan kegiatan prabaca dan menduga-duga isi bacaan yang kita hadapi,
kitapun mulailah melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya. Berdasarkan
hasil kegiatn prabaca dan juga dugaan kita terhadap teks yang kita hadapi,
mungkin kita akan menggunakan beberapa keterampilan dalam membaca. Untuk
memperoleh pemahaman yang utuh mengenai bahan bacaan yang benar-benar baru bagi
kita, kita perlu menggunakan keterampilan membaca skimming terhadap seluruh
bacaan, kemudian membaca ulang dengan tempo yang lebih lambat pada
bagian-bagian yang memerlukan ketelitian. Misalnya, membaca ulang bab-bab atau
bagian bab yang belum kita pahami, membaca kembali tabel-tabel yang berisi data
statistik, formula-formula atau rumus-rumus penting.
Selama
membaca ulang bagian-bagian yang kita anggap perlu dibaca dengan teliti,
berilah tanda pada bagian yang Anda anggap penting. Jangan segan pula membuat
catatan-catatan, baik pada halaman bacaan maupun pada kartu-kartu yang Anda
siapkan untuk itu. Misalny, bubuhilah garis bawah pada kalimat atau garis tegak
pada pinggir paragraf yang Anda anggap memuat informasi penting.
Perlu
kita ingat baik-baik bahwa sangatlah keliru bila kita menginginkan
halaman-halaman buku atau margin dari artikel yang dibaca selau bersih dari tanda-tanda
atau tulisan. Lebih baik buku-buku menjadi buruk rupa atau rusak karena dibaca
secara sungguh-sungguh daripada dibiarkan bersih mengilat, namun tidak
dimengerti, kecuali buku-buku yang dibiarkan bersih mengilat itu adalah
buku-buku atau majalah yang dibaca untuk tujuan mendapatkan hiburan.
3. Membuat
Rangkuman
Pemahaman
dan daya ingat kita terhadap isi buku atau artikel akan semakin mantap apabila
setelah selesai membacanya kita tuliskan sebuah rangkuman mengenai isinya.
Panjang rangkuman tentu saja bergantung pada panjang bahan bacaan yang telah
kita baca. Sebuah artikel mungkin dapat dirangkum dalam sebuah paragraf. Sebuah
buku dapat kita rangkum menjadi beberapa paragraf. Satu paragraf berisi
rangkuman terhaadap sebuah bab dari buku tersebut.
Pada
bagian akhir dari sebuah rangkuman akan lebih baik kita tuliskan pula pendapat
(komentar) kita mengenai subjek yang dibahas dalam buku atau artikel yang sudah
kita baca. Mungkin saja pendapat tersebut berupa pernyataan setuju, tidak
setuju atau sebagai pelengkap terhadap bahan bacaan yang sudah dibaca. Pendapat
atau komentar yang kita kemukakan haruslah disertai argumen-argumen yang kuat.
B. Membaca
Bersuara
Kegiatan membaca bersuara yang
paling sederhana yang pernah kita lakukan. Kita belajar melafalkan kalimat-kalimat
sederhana dari suatu wacana sederhana pula. Kini sebagai guru, kita pun
mengajarkan murid-murid kita membaca mulai dari jenis membaca bersuara.
Dalam belajar bahasa, kegiatan
membaca bersuara sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara. Melalui
membaca bersuara murid balajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang
dipelajarinya dengan benar.
Selain membaca bersuara merupakan
aktivitas yang dilakukan ketika murid baru belajar membaca, tampaknya membaca
bersuara pun tetap penting dilakukan oleh orang-orang yang menggeluti profesi
tertentu. Seorang Presidan, Menteri, Direktur suatu institusi, penyiar televisi
(misalnya) dituntut memiliki keterampilan membaca bersuara yang memadai. Pada
pertemuan-pertemuan yang resmi tidak jarang seorang Presiden, Menteri, Direktur
suatu institusi harus berpidato dengan menggunakan suatu naskah. Kemudian,
seorang penyiar televisi ketika menyajikan siaran berita seringkali dilakukan
dengan membaca naskah berita. Hal ini menuntut mereka menguasai keterampilan membaca
bersuara yang memadai.
Anda mungkin pernah pula terlibat
dalam kegiatan pementasan-pementasan baca puisi, cerpen, dan drama.
Kegiatan-kegiatan tersebut sangat memerlukan penguasaan keterampilan membaca
bersuara. Paling tidak, kegiatan membaca bersuara selalu dilakukan pada
saat-saat latihan pementasan tersebut.
Jadi, sangat jelas
bahwa membaca bersuara merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pembaca
bersama-sama dengan pendengar untuk menangkap informasi dari suatu bacaan atau
untuk menikmati bacaan. Dalam hal ini, menurut Tarigan (1993:22), pembaca
pertama-tama dituntut untuk dapat memahami makna serta perasaan yang terkandung
dalam bahan bacaan. Untuk itu, ia harus terampil mamahami lambang-lambang
tertulis yang digunakan dalam tulisan yang akan dibacanya. Selain itu, seorang
pembaca nyaring yang efektif harus memiliki kemampuan menggerakkan mata dengan
cepat karena selain harus dapat membaca per kelompok kata dan bahkan per
kalimat, ia juga harus dapat memelihara kontak mata dengan pendengar.